Sabtu, 01 Februari 2014

Film Dokumenter: Tentara Cantik Suriah

Suriah Hari Ini - Oleh: Dina Y. Sulaeman.

Film dokumenter ini bagus sekali, elegan dan jauh dari norak. Apalagi tokoh-tokoh yang muncul di dalamnya adalah orang Suriah asli, dengan bahasa Arab bernada lembut. Saya pernah baca sebuah tulisan, akses bahasa Arab orang Suriah adalah yang terbagus, lembut dan elegan. (Tenang, film ini ada teks bahasa Inggris-nya).

Film dibuka dengan aktivitas dua tentara sukarela (disebut NDF-National Defence Force). Mereka tadinya karyawan kantor biasa, lalu bergabung dengan NDF. Lalu, muncul foto seorang pria yang sangat tampan dengan tatapan mata lembut. Rupanya itu foto seorang martir (syahid) NDF.  Ayah dan anak perempuan almarhum mengungkapkan kenangan mereka kepada almarhum dengan nada penuh kesedihan, tetap tetap tenang dan elegan. Sambil sesekali mengusap air mata, si ayah berkata, “Semua orang mencintai anaknya, tetapi semua lebih mencintai negara daripada anak.”

Si anak perempuan (sekitar 12-an tahun) dengan tenang menceritakan kenangan dengan ayahnya, dan tekadnya untuk ikut bergabung juga dengan tentara sukarela Suriah.

Lalu, berbagai sudut kota Damaskus disorot. Ini benar-benar mengharukan saya, karena saya pernah berada di sana, berfoto di beberapa tempat yang terlihat di film ini. Sekolah putri di Damaskus disorot, murid-murid perempuan dengan berani menyatakan dukungan pada negerinya.

Aktivitas jual-beli di toko baju Suriah disorot, membuat saya terkenang saat-saat dulu shopping di malam hari di Damaskus.

Setelah itu, terlihat aktivitas latihan personil NDF. Ada tiga perempuan cantik, bergaya modis dan modern, tanpa jilbab. Mereka rupanya bergabung dengan NDF. Saya bayangkan, mereka pasti biasanya mendatangi toko-toko baju itu, dan membeli baju-baju model terbaru. Bila dulu saya temui mereka, sungguh tak terbayangkan, perempuan-perempuan secantik dan semodis mereka  bisa berkata, “Semua orang pasti merasakan kematian. Dan lebih baik mati dengan terhormat, mati untuk membela bangsa, mengusir para teroris dari negeri ini. Itu lebih baik daripada mati di atas tempat tidur.”

Kemudian, reporter mendatangi sebuah rumah, mewah. Ternyata, itu rumah seorang martir (syahid) lainnya, bernama Eskandar. Eskandar meninggalkan kehidupan nyaman di rumah mewah itu, untuk bergabung dengan NDF. Reporter menanyai ibunya, ternyata, Eskandar adalah anak satu-satunya. Setelah kematian Eskandar, ibunya malah ikut bergabung dengan NDF dan mendirikan pasukan perempuan.

Dan, repoter mewawancarai Kinda, seorang anggota NDF. Subhanallah, cantik, dengan mata besar cemerlang dan rambut pirang yang indah. Dia lebih ‘cocok’ berada di tempat-tempat nyaman: butik, salon, cafe, atau kampus. Tapi, dia, ayah, dan ibunya (dan hampir semua teman-temannya) memilih bergabung dengan NDF. Ketika ditanya apa motivasinya, dia menjawab “Hubbul wathan” (cinta pada negeri).

Penuturan ibu Eskandar membuat saya merinding. Sang ibu bilang, Eskandar anak tunggalnya. Hubungannya dengan Eskandar sangat indah. Selain sebagai anak, Eskandar seolah-olah jadi adik (brother). Sangat akrab dan dekat. Rupanya Eskandar diam-diam bergabung dengan NDF. Tapi justru komandan NDF yang menelpon ibu Eskandar, “Apakah engkau mengizinkan anakmu bergabung dengan NDF?” Rupanya, izin ortu adalah syarat untuk  bergabung dengan NDF.

Film ditutup dengan kalimat seorang anggota NDF cantik berambut pirang lainnya, dengan nada bicara yang sangat lembut dan senyum tipis,  “Suriah akan menang, dengan izin Allah.”



0 komentar:

Posting Komentar

Breaking News
Loading...
Pesan Cepat
Press Esc to close